Rahma02’s Weblog

Just another WordPress.com weblog

Archive for Juli, 2008

Bertaubat Karena Dosa Zina

Posted by rahma02 pada Juli 27, 2008

Assalamualaikum wr. wb.

Ibu ustadzah yang saya hormati,

Saat ini saya adalah seorang kepala keluarga dengan satu orang anak perempuan cantik berumur 13 bulan. Dulu ketika saya masih bujangan, terus terang saya pernah menjalani kehidupan yang cukup bebas. Saya pernah berpacaran sebanyak 3 kali di mana masing-masing saya pernah berzina. Astagfirullah.

Alhamdulillah saat ini saya sudah menikah dengan seorang isteri yang insya Allah solehah. Menjadi ganjalan adalah saya selalu membayangkan dosa-dosa saya ketika itu bu’, dan terus terang hal ini membuat saya sangat takut. Saya selalu berusaha untuk berbuat baik dan bertaubat untuk dosa-dosa itu bu’, tapi kok rasanya masih kurang, saya masih selalu dikejar-dikejar perasaan dosa yang sangat besar.

Apalagi ketika menatap anak saya ketika tidur, saya tidak mau dia dizinahi orang lain bu’, kadang-kadang saya sampai menangis membayangkan hal ini. Kemudian terbayang pula siksa di neraka jahanam kelak yang harus saya jalani. Naudzubilahi minzalik. Saya ingin menanyakan kira-kira apalagi yang bisa saya lakukan untuk menghapus dosa-dosa itu bu’, kalo memang harus menjalani hukuman rajam, demi Allah saya rela. Mohon pencerahannya bu’.
Baca entri selengkapnya »

Posted in Renungan | 10 Comments »

Refleksi Rasa Syukur

Posted by rahma02 pada Juli 13, 2008

Syamsuddin Ramadhan

Bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah merupakan salah satu kewajiban seorang muslim. Seorang hamba yang tidak pernah bersyukur kepada Allah, alias kufur nikmat, sejatinya adalah orang-orang sombong yang pantas dimasukkan ke nerakanya Allah SWT. Allah SWT telah memerintahkan hamba-hambaNya untuk mengingat dan bersyukur atas nikmat-nikmatNya. Allah SWT berfirman:

“Karena itu, ingatlah kamu kepadaKu niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepadaKu dan janganlah kamu mengingkari nikmatKu.” (Qs. al-Baqarah [2]: 152).

Imam ‘Ali Ash-Shabuni dalam Shafwât al-Tafâsir menyatakan, “Ingatlah kalian kepadaKu dengan ibadah dan taat, niscaya Aku akan mengingat kalian dengan cara memberi pahala dan ampunan. Sedangkan firman Allah SWT, ‘bersyukurlah kepadaKu dan janganlah kamu mengingkari nikmatKu’, bermakna: “Bersyukurlah kalian atas nikmat-nikmat yang telah Aku berikan kepadamu dan jangan mengingkarinya dengan melakukan dosa dan maksiyat. Telah diriwayatkan bahwa Nabi Musa as pernah bertanya kepada Tuhannya: ‘Ya Rabb, bagaimana saya bersyukur kepada Engkau?’ Rabbnya menjawab: ‘Ingatlah Aku dan janganlah kamu lupakan Aku. Jika kamu mengingat Aku sungguh kamu telah bersyukur kepadaKu. Namun, jika kamu melupakan Aku, kamu telah mengingkari nikmatKu’.” (Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir, I/142).

Di ayat yang lain Allah SWT menyatakan:

“Hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rizki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepadaNya kamu menyembah.” (Qs. al-Baqarah [2]: 172).

‘Ulama-‘ulama tafsir menafsirkan ayat ini sebagai berikut: “jika kalian benar-benar menyembah kepadaNya, bersyukurlah kalian atas nikmat-nikmatNya yang tidak bisa dihitung itu dengan ibadah dan janganlah menyembah selain diriNya.”
Baca entri selengkapnya »

Posted in Renungan | Leave a Comment »

T A Q W A

Posted by rahma02 pada Juli 13, 2008

Oleh
Syaikh Dr Fadhl Ilahi

Termasuk sebab turunnya rizki adalah taqwa. Saya akan membicarakan masalah ini –dengan memohon taufiq dari Allah- dalam dua bahasan.

Pertama : Makna Taqwa
Kedua : Dalil Syar’i Bahwa Taqwa Termasuk Kunci Rizki

Pertama : Makna Taqwa

Para ulama rahimahullah telah mejelaskan apa yang dimaksud dengan taqwa. Di antaranya, Imam Ar-Raghib Al-Asfahani mendenifisikan : “Taqwa yaitu menjaga jiwa dari perbuatan yang membuatnya berdosa, dan itu dengan meninggalkan apa yang dilarang, dan menjadi sempurna dengan meninggalkan sebagian yang dihalalkan” [Al-Mufradat Fi Gharibil Qur’an, hal 531]

Sedangkan Imam An-Nawawi mendenifisikan taqwa dengan “Menta’ati perintah dan laranganNya”. Maksudnya menjaga diri dari kemurkaan dan adzab Allah Subhanahu wa Ta’ala [Tahriru AlFazhil Tanbih, hal 322]. Hal itu sebagaimana didefinisikan oleh Imam Al-Jurjani “ Taqwa yaitu menjaga diri dari siksa Allah dengan menta’atiNya. Yakni menjaga diri dari pekerjaan yang mengakibatkan siksa, baik dengan melakukan perbuatan atau meninggalkannya” [Kitabut Ta’rifat, hl.68]

Karena itu siapa yang tidak menjaga dirinya dari perbuatan dosa, berarti dia bukanlah orang yang bertaqwa. Maka orang yang melihat dengan kedua matanya apa yang diharamkan Allah, atau mendengarkan dengan kedua telinganya apa yang dimurkai Allah, atau mengambil dengan kedua tangannya apa yang tidak diridhai Allah, atau berjalan ke tempat yang dikutuk Allah, berarti ia tidak menjaga dirinya dari dosa.

Jadi, orang yang membangkang perintah Allah serta melakukan apa yang dilarangNya, dia bukan termasuk orang-orang yang bertaqwa

Orang yang menceburkan diri kedalam maksiat sehingga ia pantas mendapat murka dan siksa dari Allah, maka ia telah mengelurakan dirinya dari barisan orang-orang yang bertaqwa.

Kedua : Dalil Syar’i, Bahwa Taqwa Termasuk Kunci Rizki

Beberapa nash yang menunjukkan bahwa taqwa termasuk di antara sebab rizki, di antaranya.

[1]. Firman Allah

“Artinya : Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka” [At-Thalaq : 2-3]

Dalam ayat diatas, Allah menjelaskan bahwa orang yang merelaisasikan taqwa akan dibalas Allah dengan dua hal.

Pertama.
“Allah akan mengadakan jalan keluar baginya” Artinya, Allah akan menyelamatkannya –sebagaimana di katakana Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma- dari setiap kesusahan dunia maupun akhirat. [Lihat Tafsir Al-Qurthubi, 18/159, Ar-Rabi’ bin Khutsaim berkata : “Dia memberi jalan keluar dari setiap apa yang menyesakkan manusia” (Zadul Masir, 8/291-292 ; Lihat pula, Tafsir Al-Baghawi, 4/357 dan Tafsir Al-Khazin, 7/108]

Kedua.
“Allah akan memberik rizki dari arah yang tidak disangka-sangka”. Artinya, Allah akan memberi rizki yang tak pernah ia harapkan dan angankan. [Lihat, Zaadul Masir, 8/291-292]

Al-Hafidz Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan :”Maknanya, barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah dengan melakukan apa yang diperintahkanNya dan meninggalkan apa yang dilarangNya, niscaya Allah akan memberinya jalan keluar serta rizki dari arah yang tidak disangka-sangka, yakni dari arah yang tidak pernah terlintas dalam benaknya” [Tafsir Ibnu Katsir, 4/400]

Alangkah agung dan besar buah taqwa itu ! Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata : “Sesungguhnya ayat terbesar dalam hal pemberian janji keluar adalah.

“Artinya : Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya” [Tafsir Ibnu Katsir, 4/400. Lihat pula, Tafsir Ibnu Mas’ud, 2/651]

[2]. Ayat Lainnya Adalah Firman Allah

Artinya : Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatan mereka sendiri” [Al-A’raf : 96]

Dalam ayat yang mulia ini Allah menjelaskan, seandainya penduduk negeri-negeri merealisasikan dua hal, yakni ; iman dan taqwa, niscaya Allah akan melapangkan kebaikan (kekayaan) untuk mereka dan memudahkan mereka mendapatkannya dari segala arah.

Menafsirkan firman Allah.

“Artinya : Pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘anhuma mengatakan : “Niscaya Kami lapangkan kebaikan (kekayaan) untuk mereka dan Kami mudahkan bagi mereka untuk mendapatkannya dari segala arah” [Tafsir Abi As-Su’ud, 3/253]

Janji Allah yang terdapat dalam ayat yang mulia tersebut terhadap orang-orang beriman dan bertaqwa mengandung beberapa hal, di antaranya :

[a] Janji Allah untuk membuka “baarakata” (keberkahan) bagi mereka. “al-baarakata” adalah bentuk jama’ dari “al-barakat”. Imam Al-Baghawi berkata, “Ia berarti mengerjakan sesuatu secara terus menerus [Tafsir Al-Baghawi, 2/183]. Atau seperti Imam Al-Khazin, “Tetapnya suatu kebaikan Tuhan atas sesuatu” [Tafsir Al-Khazin, 2/266]

Jadi, yang dapat disimpulkan dari makna kalimat “al-barakat” adalah bahwa apa yang diberikan Allah disebabkan oleh keimanan dan ketaqwaan mereka adalah kebaikan yang terus menerus, tidak ada keburukan atau konsekuensi apapun atas mereka sesudahnya.

Tentang hal ini, Sayid Muhammad Rasyid Ridha berkata : “Adapun orang-orang yang beriman maka apa yang dibukakan untuk mereka adalah berupa berkah dan kenikmatan. Dan untuk hal itu, mereka senantiasa bersyukur kepada Allah, ridha terhadapNya dan mengharapkan karuaniaNya. Lalu mereka menggunakannya di jalan kebaikan, bukan jalan keburukan, untuk perbaikan bukan untuk merusak. Sehingga balasan bagi mereka dari Allah adalah ditambahnya berbagai kenikmatan di dunia dan pahala yang baik di akhirat” [Tafsir Al-Manar, 9/25]

Syaikh Ibnu Asyur mengungkapkan hal itu dengan ucapannya : Makna “al-barakat” adalah kebaikan yang murni yang tidak ada konsekuensinya di akhirat. Dan ia adalah sebaik-baik jenis nikmat” [Tafsir At-Tahrir wa Tanwir, 9/22]

[b] Kata berkah disebutkan dalam bentuk jama’ sebagaimana firman Allah.

“Artinya : Pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berbagai berkah”. Ayat ini, sebagaimana disebutkan Syaikh Ibnu Asyur untuk menunjukkan banyaknya berkah sesuai dengan banyaknya sesuatu yang diberkahi. [Op. cit, 9/22]

[c] Allah Berfirman.

“Artinya : Berbagai keberkahan dari langit dan bumi”. Menurut Imam Ar-Razi, maksudnya adalah keberkahan langit dengan turunnya hujan, keberkahan bumi dengan tumbuhnya berbagai tanaman dan buah-buahan, banyaknya hewan ternak dan gembalaan serta diperolehnya keamanan dan keselamatan. Hal ini karena langit adalah laksana ayah, dan bumi laksana ibu. Dari keduanya diperoleh semua bentuk manfaat dan kebaikan berdasarkan penciptaan dan pengurusan Allah. [At-Tafsirul Kabir, 12/185. Lihat pula, Tafsirul Khazin 2/266 dan Tafsir At-Tahrir wa Tanwir, 9/22]

[3]. Ayat Lainnya Adalah Firman Allah.

“Artinya : Dan sekiranya mereka sunguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat, Injil dan (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka. Di antara mereka ada golongan yang pertengahan. Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka” [Al-Ma’idah : 66]

Allah Tabaraka wa Ta’ala mengabarkan tentang Ahli Kitab, ‘Bahwa seandainya mereka mengamalkan apa yang ada di dalam Taurat, Injil dan Al-Qur’an –demikian seperti dikatakan oleh Abdullah bin Abbas Radhhiyallahu anhuma dalam menafsirkan ayat tersebut- [1], niscaya Allah memperbanyak rizki yang diturunkan kepada mereka dari langit dan yang tumbuh untuk mereka dari bumi. [2]

Syaikh Yahya bin Umar Al-Andalusi berkata : “Allah menghendaki –wallahu a‘lam- bahwa seandainya mereka mengamalkan apa yang diturunkan di dalam Taurat, Injil dan Al-Qur’an, niscaya mereka memakan dari atas dan dari bawah kaki mereka. Maknanya –wallahu a’lam- niscaya mereka diberi kelapangan dan kesempurnaan nikmat dunia” [Kitabun Nazhar wal Ahkam fi Jami’i Ahwalis Suuq, hal 41]

Dalam menafsirkan ayat ini, Imam Al-Qurthubi mengatakan, “Dan sejenis dengan ayat ini adalah firman Allah.

“Artinya : Barangsiapa bertawa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya” [At-Thalaq : 2]

“Artinya : Dan bahwasanya jika mereka tetap berjalan di atas jalan itu (agama Islam), banar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rizki yang banyak)” [Al-Jin : 16]

“Artinya : Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi” [Al-A’raf : 96]

Sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat di atas, Allah menjadikan ketaqwaan di antara sebab-sebab rizki dan menjanjikan untuk menambahnya bagi orang yang bersyukur, Allah berfirman.

“Artinya : Jika kalian bersyukur, niscaya Aku tambahkan nikmatKu atasmu” [Ibrahim : 7] [Tafsir Al-Qurthubi, 6/241]

Karena itu, setiap orang yang menginginkan keleluasaan rizki dan kemakmuran hidup, hendaknya ia menjaga dirinya dari segala dosa. Hendaknya ia menta’ati perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-laranganNya. Juga hendaknya ia menjaga diri dari yang menyebabkannya berhak mendapat siksa, seperti melakukan kemungkaran atau meninggalkan kebaikan.

[Disalin dari buku Mafatiihur Rizq fi Dhau’il Kitab was Sunnah, edisi Indonesia Kunci-Kunci Rizki Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah hal 19-27, Penerjemah Ainul Haris Arifin, Lc. Darul Haq]
_________
Foote Note.
[1] Lihat Tafsir Ath-Thabari 10/463, Al-Muharrar Al-Wajiz 5/152-153, Zadul Maasir 2/395 dan Tafsir Ibnu Katsir 2/86]
[2] Lihat tafsir Ibnu Katsir 2/86, dan Fathul Qadir yang didalamnya dikatakan, “Penyebutan dari atas dan dari bawah (dalam ayat tersebut) adalah untuk menunjukkan puncak kemudahan sebab-sebab rizki bagi mereka, juga untuk menunjukkan banyak dan keaneka ragaman jenisnya” 2/85, juga Tafsir At-Tahrir at Tanwir yang didalamnya disebutkan, Maksudnya, niscaya mereka diberi rizki dari semua jalan”4/254

Posted in Opini | Leave a Comment »